Beberapa pekan ini memang sedang heboh kalau Kontrak hak siar Liga Indonesia lebih besar daripada Liga Inggris. Hal ini muncul setelah pernyataan Helmi Yahya yang mengatakan kalau RCTI lebih memilih menayangkan Liga Inggris lantaran harganya lebih murah dari Liga Indonesia.
Dalam pernyataannya Helmi Yahya mengatakan kalau hak siar Liga Inggris lebih murah ketimbang hak siar Liga Indonesia. RCTI pun resmi membeli hak siar Liga Inggris untuk musim ini dengan harga 3 juta dolar AS.
“Kalau ada yang bertanya kenapa tidak beli Liga Indonesia? Liga Indonesia harganya empat kali lipat, lima kali lipat dari Liga Inggris. Saya katakan rezeki anak saleh mendapatkan kepercayaan menayangkan Liga Inggris dengan harga yang sangat murah,” kata Helmy Yahya kepada wartawan.
“Saya buka saja, harganya cuma 3 juta dollar, 1 juta dollar itu komitmen diambil iklannya, kami hanya bayar 2 juta dollar. Kami hitung-hitung per episode atau per jamnya hanya Rp 130 juta. Jangan lupa hanya karena Liga Inggris publik menonton TVRI,” ucap Helmy Yahya menambahkan
Direktur Programing Tv One, Deddy Utama ikut mengomentari pernyataan yang sudah viral itu. Baginya Helmi Yahya tidak sepenuhnya betul karena harga yang disebutkan beliau tidak merupakan hak siar Liga Inggris yang sebenarnya. Menurutnya bisa jadi RCTI membeli hak siar dari Mola TV yang diberikan diskon setelahnya.
“Dalam kasus TVRI, bisa jadi Liga Inggris lebih murah karena TVRI membeli ke Mola TV dan hanya satu pertandingan dalam satu pekan, lalu hanya right fee to air (FTA). Itu pun bukan pertandingan super bigmatch dan mungkin jenis penayangannya sekali tayang, alias tidak boleh rerun,” kata Reva Deddy Utama.
Namun sepertinya ada kesalahan yang dilakukan oleh Helmy Yahya setelah baru berjalan beberapa bulan sejak membeli hak siar Liga Inggris. Dirinya dipecat oleh Dewan Pengawas TVRI sebagai Direktur Utama TVRI.
Discussion about this post